Jumat, 30 November 2012

Mengukur komponen elektronika menggunakan multimeter

Teman-teman kalau hasilnya ingin berbeda dari yang lain mendingan copy-paste aja artikel di bawah ini dan mencari sisnya sendiri, tapi untuk yang males saya sudah menyiapkan artikel yang sudah di edit dan disusun rapi, untuk yang males bisa download DISINI


MACAM-MACAM KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN CARA MENGUKURNYA

Resistor adalah suatu komponen yang banyak dipakai di dalam rangkaian elektronika. Fungsi utamanya adalah membatasi (restrict) aliran arus listrik. Fungsi lainnya sebagai resistor (R) pembagi tegangan (voltage divider), yang menghasilkan tegangan panjar maju (forward bias) dan tegangan panjar mundur (reverse bias), sebagai pembangkit potensial (output) vo, dan potensial merujuk pada hukum Ohm : I = V/R, semakin besar nilai tahanan/resistan (R), semakin kecil arus (I) yang dapat mengalir. Besar kecilnya nilai satuan Ohm yang dimiliki oleh resistor dapat dihitung dengan melihat pita (band) warna yang terdapat pada badan resistor. Mengikuti gambar di bawah ini:

Jika pita pertama berwarna kuning, pita kedua berwarna ungu, pita ketiga berwarna coklat, pita keempat berwarna emas, nilai satuan Ohm dari resistor tersebut adalah 47 x 101 = 470 dengan toleransi 5%. Harap diingat, warna kuning menunjukkan angka 4, warna ungu menunjukkan angka 7, warna coklat menunjukkan angka 1, dengan demikian faktor pengali = 101, jika pita ketiga berwarna merah, faktor pengali = 102, demikian seterusnya. (Lihat kembali modul tentang komponen elektronika). Untuk lebih jelas, pelajari gambar di bawah ini, (di download dari situs/website www.diyguitarist.com)

Cara lain untuk mengetahui besarnya nilai satuan Ohm sebuah resistor adalah mengukurnya dengan Multimeter. Perhatikan gambar di bawah ini. Saklar jangkauan ukur pada posisi Ω, batas ukur (range) berada pada posisi x1, x10 atau kΩ.
Gambar. Megukur Resistor


IDevice Icon 2. Mengukur Variabel Resistor
Variabel resistor adalah resistor yang dapat berubah nilai satuan Ohm-nya dengan cara memutar-mutar tuas pemutar atau sekrup yang menggerakkan kontak geser/penyapu (wiper) yang terdapat di dalam resistor tersebut. Lihat gambar di bawah ini
 
Variabel resistor yang memiliki tuas pemutar biasanya disebut potensiometer (potentiometer), dan yang memiliki sekrup pengatur disebut preset atau trimpot.
Mengukur nilai satuan Ohm dari variabel resistor dengan Multimeter adalah seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. Saklar jangkauan ukur pada posisi Ω, batas ukur (range) berada pada posisi x1, x10 atau kΩ, sesuai kebutuhan.
Gambar. Mengukur Variabel Resistor

IDevice Icon 3. Mengukur Resistor Peka Cahaya/LDR
Resistor Peka Cahaya/Light Dependence Resistor (LDR) adalah sebuah resistor yang berfungsi sebagai input transducer (sensor) dimana nilai satuan Ohm-nya dipengaruhi oleh cahaya yang jatuh di permukaan LDR tersebut.
Mengukur nilai satuan Ohm dari LDR dengan menggunakan Multimeter adalah seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. Saklar jangkauan ukur pada posisi Ω, batas ukur (range) berada pada posisi x1, x10 atau kΩ, sesuai kebutuhan.
Gambar. Mengukur Light Dependence Resistor (LDR)
 
Sebagai acuan, ditempat gelap, nilai satuan Ohm dari LDR = 1MΩ (1 Mega Ohm/1000.000Ω). Ditempat terang nilai satuan Ohm dari LDR = 100Ω.

IDevice Icon 4. Mengukur Themistor
Thermistor (Thermally sensitive resistor) adalah sebuah resistor yang dirancang khusus untuk peka terhadap suhu. Thermistor terbagi dalam dua jenis. Pertama, yang disebut dengan Negative Temperature Coefficient Resistor (NTCR), jika mendapat panas, nilai satuan Ohm-nya berkurang, misal pada suhu 250 C nilai satuan Ohm-nya = 47 kilo Ohm (47kΩ). Kedua, yang disebut dengan Positive Temperature Coefficient Resistor (PTCR), jika mendapat panas, nilai satuan Ohm-nya bertambah.
Mengukur nilai satuan Ohm dari thermistor dengan menggunakan. Multimeter adalah seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
Gambar. Mengukur Thermistor

IDevice Icon 5. Mengukur Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronik yang dirancang untuk dapat menyimpan dan membuang Tegangan Arus Listrik Searah (Direct Current Voltage/DCV).
Kapasitor terbagi dalam dua jenis. Pertama, kapasitor yang memiliki kutub positip (+) dan negatip (-). Dalam teknik elektronika disebut kapasitor polar (polarised capacitor). Kedua, kapasitor yang tidak memiliki kutub positip (+) dan negatip (-). Disebut kapasitor non polar (unpolarised capacitor).
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengukur kapasitor polar adalah ;
a. Kabel penyidik (probes) positip (+) yang berwarna merah diletakkan pada kaki kapasitor yang bertanda positip (+).
b. Kabel penyidik (probes) negatip (-) yang berwarna hitam diletakkan pada kaki kapasitor yang bertanda negatip (-).
c. Saklar jangkauan ukur pada posisi Ω, batas ukur (range) berada pada posisi x1, x10 atau kΩ, sesuai kebutuhan.
d. Untuk kapasitor non polar (unpolarised) kedua kabel penyidik (probes) dapat diletakkan secara sembarang (acak) ke kaki kapasitor. Lihat gambar di bawah ini.
 
Gambar. Mengukur Kapasitor

IDevice Icon 6. Mengukur Transistor
Transistor adalah komponen elektronik yang dirancang sebagai penguat arus, karenanya transistor disebut juga piranti (device) yang menangani arus (current handling device). Lihat gambar di bawah ini.
Gambar. Transistor

Dilihat dari tipenya, transistor terbagi dua, yaitu tipe PNP (Positip-Negatip-Positip) dan tipe NPN (Negatip-Positip-Negatip). Saluran masuk (leads) ke transistor (lazimnya disebut kaki transistor) dinamai dengan : Basis (Base), Kolektor (Collector), dan Emitor (Emitter).
Transistor pada dasarnya adalah dua buah dioda yang disambung secara berbalikan. Dioda yang pertama dibentuk oleh Emitor-Basis, dioda yang kedua dibentuk oleh Basis-Kolektor. Pada transistor tipe PNP, Emitor dan Kolektor berfungsi sebagai Anoda (+) terhadap Basis, sementara Basis berfungsi sebagai Katoda (-) terhadap Emitor dan Emitor. Pada transistor tipe NPN, Basis berfungsi sebagai Anoda (+) terhadap Emitor dan Kolektor, sementara Emitor dan Kolektor berfungsi sebagai Katoda (-) terhadap Basis. Cermati gambar di bawani ini dengan seksama.
 
Gambar. Konfigurasi dan Simbol Transistor

Konsep dioda pada transistor penting untuk dipahami dengan baik, karena erat kaitannya dengan penggunaan Multimeter dalam mengukur nilai satuan Ohm dari transistor (baca kembali uraian materi tentang baterai pada Multimeter).
Hal yang perlu diingat ketika mengukur transistor dengan Multimeter adalah :
a. Pada transistor tipe PNP kabel penyidik (probes) warna merah (+) selalu diletakkan pada kaki Basis, kabel penyidik (probes) warna hitam (-) diletakkan secara bergantian di kaki Emitor dan Kolektor.
b. Pada transistor tipe NPN kabel penyidik (probes) warna hitam (-) selalu diletakkan pada kaki Basis, kabel penyidik (probes) warna merah (+) diletakkan secara bergantian di kaki Emitor dan Kolektor.
c. Saklar jangkauan ukur berada pada posisi Ohm (Ω) dan batas ukur (range) berada pada posisi x1, x10, atau x1kΩ, sesuai kebutuhan. Lihat gambar di bawah ini.
Gambar. Pengukuran Transistor

Kaki-kaki Emitor, Basis, dan Kolektor dari transistor dapat ditentukan dengan tiga cara:
a. Dengan melihat tanda pada badan (case) transistor. Beberapa pabrik transistor membuat bulatan warna hitam atau tanda lingkaran di atas kaki kolektor dari transistor yang berbentuk silinder. Lihat gambar di bawah ini.
b. Dengan menggunakan katalog transistor yang dikeluarkanoleh pabrik pembuat transistor.
c. Dengan melihat sirip kecil yang menonjol keluar dari badan transistor. Lihat kembali gambar transistor.
d. Dengan menggunakan Multimeter.
e. Untuk transistor daya (power transistors) badan transistor berfungsi sebagai kolektor. Lihat gambar di bawah ini.
Gambar. Kaki-kaki Transistor Dilihat Dari Bawah

IDevice Icon 7. Mengukur Dioda
Dioda adalah komponen elektronik yang memiliki dua elektroda yaitu; (1) Anoda (a), dan (2) Katoda (k). Mengikuti anak panah pada simbol diode pada gambar di bawah ini arus listrik mengalir hanya satu arah yaitu dari Anoda ke Katoda. Arus listrik tidak akan mengalir dari Katoda ke Anoda. Hal yang perlu diingat ketika mengukur dioda dengan Multimeter adalah :
 
Gambar. Simbol Dioda
a. Kabel penyidik (probes) warna merah (+) diletakkan pada kaki Anoda, kabel penyidik (probes) warna hitam (-) diletakkan pada kaki Katoda.
b. Saklar jangkauan ukur pada posisi Ohm (Ω) dan batas ukur (range) pada posisi x1, x10, atau x1kΩ, sesuai kebutuhan. Lihat gambar di bawah ini.
Gambar. Pengukuran Dioda

IDevice Icon 8. Mengukur Transformator
Transformator adalah komponen elektronik yang dirancang untuk dapat memindahkan Tegangan Arus Listrik Bolak Balik/Alternating Current Voltage (ACV) dari gulungan primer (P) ke gulungan skunder (S) tanpa ada hubungan langsung antara kedua gulungan tersebut. Lihat gambar gambar di bawah ini.
Gambar. Transformator
Sebuah transformator masih baik dan dapat digunakan, atau sudah rusak dapat dibuktikan dengan cara mengukurnya dengan Multimeter. Hal yang perlu diingat ketika menggunakan Multimeter untuk mengukur transformator adalah :
a. Kedua kabel penyidik (probes) diletakkan secara sembarang (acak) pada titik-titik terminal pada gulungan primer.
b. Kedua kabel penyidik (probes) diletakkan secara sembarang (acak) pada titik-titik terminal pada gulungan skunder.
c. Kedua kabel penyidik (probes) diletakkan secara sembarang (acak) pada titik terminal primer dan skunder.
d. Saklar jangkauan ukur pada posisi Ω, batas ukur (range) pada posisi x1, x10 atau kΩ sesuai kebutuhan. Lihat gambar di bawah ini.
Catatan : Langkah pengukuran tranformator ini berlaku untuk semua jenis transformator yang digunakan pada catu daya, maupun penguat audio/radio.
Gambar. Mengukur Transformator

IDevice Icon 9. Mengukur Gulungan (Coil/Winding)
Gulungan atau Coil atau winding adalah komponen elektronik yang dirancang khusus untuk menghasilkan induksi maknit. Jika gulungan kawat dialiri arus, pada gulungan tersebut akan dihasilkan induksi maknit.
Dalam teknik elektronika, gulungan atau coil ini diterapkan di dalam pembuatan transformator dalam bentuk gulungan primer (P) dan skunder (S), namun ada juga yang dibuat terpisah untuk keperluan khusus. Lihat gambar di bawah ini.
Gambar. Berbagai Jenis Gulungan (Coil/Winding) Untuk Berbagai Keperluan
Kondisi sebuah gulungan (coil/winding), apakah masih baik dan dapat digunakan, atau sudah rusak dapat dibuktikan dengan cara mengukurnya dengan Multimeter. Hal yang perlu diingat ketika menggunakan Multimeter untuk mengukur gulungan (coil/winding) adalah :
a. Kedua kabel penyidik (probes) dapat diletakkan secara sembarang (acak) pada terminal yang terdapat pada gulungan.
b. Saklar jangkauan ukur pada posisi Ω, batas ukur (range) pada posisi x1, x10, atau kΩ, sesuai kebutuhan. Lihat gambar di bawah ini.
Gambar. Mengukur Gulungan (Coil/Winding)

Kamis, 22 November 2012

Manfaat dan Bahaya Listrik Statis

Teman0teman semua dapat mengcopy-paste kalimat dibewah ini / mendownload filenya DISINI



MANFAAT DAN BAHAYA LISTRIK STATIS

Manfaat listrik statis

1. Generator Van de Graff
Muatan listrik yang diperoleh melalui cara menggosok.Untuk memperoleh muatan listrik yang sangat besar digunakan generator Van de Graff. Gesekan antara pita karet dan roda pemutar menyebabkan pita karet bermuatan listrik. Muatan listrik ini ditampung pada bola logam.Distribusi muatan listrik ini terdapat pada permukaan luar bola yang berongga.

2. Penggumpal Asap
Alat ini membersihkan partikel-partikel abu hasil pembakaran gas, sehingga mengurangi pencemaran udara. Alat penggumpal asap ini terdiri dari kawat dan pelat logam, kawat dibuat bermuatan negatif, partikel abu ketika melewati kawat akan bermuatan negatif. Pelat logam dibuat bermuatan positif sehingga akan menarik partikel abu yang bermuatan negatif. Gumpalan-gumpalan partikel abu itu kemudian jatuh ke dasar cerbong sehingga mudah dibersihkan. Teknik penggumpal asap ini sering digunakan dalam pabrik baja, pabrik semen, dan industri kimia yang banyak mengeluarkan asap.

3. Cat Semprot
Butiran cat dari aerosol menjadi bermuatan ketika bergesekan dengan mulut pipa semprot dan udara. Bila benda yang dicat diberi muatan berlawanan, maka butiran cat akan tertarik ke badan benda. Metode ini sangat efektif, efisien, dan murah.

4. Mesin Fotokopi
Mesin fotokopi menggunakan daya tarik muatan listrik berbeda. Suatu pola muatan positif pada pelat tadi, mencitrakan bidang hitam yang akan digandakan, menarik partikel bermuatan negatif dari bubuk hitam halus yang disebut toner, toner tersebut jadi bermuatan negatif karena berhubungan dengan butir-butir gelas kecil di baki pengembang. Pola toner dipindahkan ke atas secarik kertas kosong dan dipanggang di atasnya.

5. Printer Laser
Ketika drum yang bermuatan positif berputar, laser bersinar melintasi permukaan yang tidak bermuatan. Laser akan menggambar pada kertas yang bermuatan negatif. Setelah melewati drum yang berputar kertas akan melewati fuser. Pada bagian fuser ini kertas akan mengalami pemanasan, hal ini yang menyebabkan kertas terasa panas pada saat keluar dari printer. Printer laser lebih cepat, lebih akurat, dan lebih ekonomis.
Bahaya listrik statis

1. Petir
Petir disebabkan awan yang kelebihan elektron berada di atas atap sebuah gedung, maka gedung terinduksi menjadi bermuatan positif. Loncatan elektron terjadi dari awan ke atap gedung karena adanya gaya tarik-menarik antara keduanya. Peristiwa ini menyebabkan gedung disambar petir.Untuk menghindari sambaran petir, atap gedung dilengkapi dengan penangkal petir.Penangkal petir melindungi gedung dengan cara sebagai berikut :
Loncatan elektron dari awan mengalir melalui penangkal petir dan masuk ke dalam tanah. Jika molekul-molekul udara bermuatan listrik positif berkumpul di sekitar ujung runcing penangkal petir mengalir ke luar, maka muatan listrik induksi pada atap berkurang dan sebagian muatan negatif pada awan menjadi netral sehingga kemungkinan sambaran petir diperkecil.



2. Percikan Api
Putaran pada saat mobil truk berjalan menghasilkan muatan negatif yang diperoleh dari gesekan ban dengan jalan. Bagian dalam logam yang berdekatan dengan ban menjadi bermuatan positif dengan cara induksi. Hal ini dapat menimbulkan percikan api. Untuk menghindari peristiwa tersebut, truk pengangkut bensin atau bahan yang mudah terbakar lainnya dilengkapi dengan sepotong logam di bagian belakang mobil menyentuh tanah. Logam ini menghantarkan elektron dari tanah untuk menetralisir muatan positif yang ada di badan logam mobil sebelum terjadi percikan api.

3. Bahaya Listrik Statis di Pesawat
Listrik statis pesawat dibuang ke semua ujung dari struktur badan pesawat yaitu di atap sayap dan ekor bentuknya seperti penangkal petir berbentuk logam mencuat dan memanjang instrument pesawat sudah diproteksi sedemikian rupa tetapi bisa juga terjadi walaupun hanya berupa visual. Visual ini terlihat jika pesawat berada di ketinggian 30000 feet ke atas dan altimeter set ke 29.92Hg, partikel bebas dan ion2 di udara akan terkena gesekan body pesawat dan radiasi elektromagnetik dari sinyal HP akan meningkatkan sekian persen radiasi didalam pesawat, dimana sinyal HP akan dianggap sebagai radiasi dan diserap oleh struktur body dan dibuang ke setiap ujung badan pesawat, hal ini bisa mengakibatkan ujung-ujung pembuangan elektrostatis berpendar dan menyala sepeti kilat kecil. Hal ini memang tidak berbahaya, namun jika frekuensi HP sama dengan pesawat hal ini dapat menyebabkan mesin pesawat mati.

4. Bahaya Listrik Statis di Rel Kereta Api
Roda KA dari baja berjenis ferritic, mempunyai medan magnet yang sangat kuat. Medan magnet inilah yang dapat mengakibatkan mesin kendaraan mati di tengah rel kereta api. Biasanya kendaraan yang mudah mati adalah kendaraan berbahan bakar bensin karena kendaraan berbahan bakar bensin masih menggunakan platina dan CDI. Jika terkena medan magnet, maka pengapiannya akan terpengaruh sehingga mesin bisa mati. Sedangkan solar berbeda. Selain accunya di atas 12 volt juga tidak menggunakan platina.

5. Bahaya Listrik Statis di SPBU
Terjadi 29 kebakaran dimana kendaraan dimasuki kembali dan nozzle disentuh saat pengisian bahan bakar dari berbagai jenis merek dan model. Untuk menghindari hal ini jangan sekali-kali masuk kembali kedalam kendaraan anda saat pengisian bensin sedang berlangsung. Jika anda memang terpaksa harus masuk kembali kedalam kendaraan anda saat bensin dipompa, pastikan anda keluar, menutup pintu sambil menyentuh logam, sebelum anda menarik nozzle keluar. Dengan cara ini listrik statis dari tubuh anda akan dibuang sebelum anda menarik keluar nozzle.

Minggu, 18 November 2012

Perkembangbiakan Secara Generatif

1. Perkembangbiakan Hewan secara Generatif
Perkembangbiakan hewan secara generatif dibagi dalam tiga kategori yaitu perkembangbiakan secara Ovivar (bertelur), Vivivar (beranak/melahirkan) dan Ovovivivar (Bertelur dan beranak/melahirkan).
   a. Perkembangbiakan hewan Ovivar (bertelur)
Hewan yang digolongkan sebagai hewan Ovivar adalah hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur. Embrio yang telah terbentuk akan tumbuh menjadi individu yang baru (anak) diluar tubuh induk, yaitu berkembang di dalam telur sebelum menetas menjadi individu yang baru.

Berbicara mengenai pembuahan pada hewan Ovivar, pembuahan dibagi dalam 2 kategori yaitu Pembuahan Internal dan Pembuahan Eksternal.

Pembuahan Internal adalah proses pembuahan Ovum oleh sperma yang terjadi di dalam tubuh induk betina contohnya Ayam (unggas, termasuk burung) dan penyu (reptilia). Sedangkan Pembuahan Eksternal adalah proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh induk betina contohnya Ikan dan katak.
   b. Perkembangbiakan hewan Vivivar (Beranak atau Melahirkan)

Hewan yang digolongkan sebagai hewan Vivivar adalah hewan yang berkembangbiak dengan cara beranak atau melahirkan. Embrio yang telah terbentuk akan tumbuh menjadi individu baru di dalam rahim induk betina sampai siap untuk dilahirkan. Hewan vivivar adalah hewan yang masuk dalam golongan Mamalia atau hewan menyusui misalnya lumba-lumba, harimau, kucing, kambing, ikan paus, tikus dan lain sebagainya.

  

  c. Perkembangbiakan hewan Ovovivivar (bertelu dan melahirkan)

Hewan yang digolongkan sebagai hewan Ovovivivar adalah hewan yang proses pembuahannya terjadi dalam tubuh induk betina. Hasil dari pembuahan ini kemudian membentuk telur dan masih dalam rahim induk betina. Dan setelah janin tersebut sudah terbentuk secara sempurna, maka telur siap untuk dikeluarkan dari dalam tubuh induk betina. Telur tersebut kemudian langsung menetas begitu keluar dari tubuh sang induk. Contoh hewan Ovovivivar adalah ikan Hiu, beberapa jenis kadal dan beberapa jenis ular.

2. Perkembangbiakan hewan secara vegetatif 

Perkembangbiakan hewan secara vegetatif terjadi pada hewan-hewan tidak bertulang belakang. Ada beberapa cara perkembangbiakan vegetatif pada hewan misalnya dengan cara fragmentasi (fragmen=bagian) dan membentuk tunas.

COntoh hewan yang berkembang biak dengan cara fragmentasi adalah cacing Planaria. Proses fragmentasi diawali dengan pemisahan atau pemutusan tubuh induk. Tubuh yang sudah terpisah tersebut kemudian masing-masing dapat tumbuh menjadi dua individu yang baru. 

Contoh hewan yang berkembang biak dengan pembentukan tunas baru adalah Hydra (Hydra adalah jenis hewan yang dapat berkembang biak baik secara generatif maupun vegetatif). Tunas baru hydra berasal dari tubuh induk yang membengkak yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi tunas baru. Tunas baru kemudian melepaskan diri dari tubuh induk dan berkembang lagi menjadi Hydra dewasa yang baru.

Perkembangbiakan Secara Vegetatif

1. Perkembangbiakan Tumbuhan Secara Generatif (Kawin)

Perkembangbiakan secara generatif  pada tumbuhan berbiji tertutup ditandai dengan munculnya bunga. Dalam bunga inilah terdapat Putik dan Benang Sari yang menjadi alat reproduksi bagi tumbuhan. Untuk lebih jelasnya, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian dari bunga agar kita lebih mudah untuk memahami penjelasan selanjutnya.

Bunga tersusun dari beberapa bagian. Namun ada bunga yang disebut dengan bunga lengkap dan bunga tidak lengkap, juga ada yang disebut dengan bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Apa maksudnya yah? Yuk kita telaah lebih dalam.

===> Bagian-Bagian Bunga



  • Perhiasan bunga. Yang dimaksud dengan Perhiasan Bunga yaitu kelopak dan mahkota bunga. Kelopak bunga merupakan bagian dari bunga yang letaknya di dekat dasar bunga dan menyambung dengan tangkai bunga. Kelopak bunga ini biasanya menyelimuti bunga saat bunga masih dalam keadaan kuncup dan biasanya setelah mekar dalam waktu tertentu, akan gugur dengan sendirinya. Bentuk kelopak bunga sangat beraneka ragam bentuk dan warnanya sesuai dengan jenis bunga. Bagian kelopak bunga inilah yang memberikan keindahan pada bunga tersebut dan biasanya warnanya digunakan untuk mengindetifikasi jenis bunga tersebut. Misalnya bunga mawar yang warna kelopaknya merah disebut dengan Red Roses atau Mawar Merah.
  • Dasar Bunga. Dasar bunga merupakan bagian ujung tangkai bunga yang membesar dan menjadi tempat melekatnya mahkota bunga.
  • Tangkai Bunga. Tangkai bunga merupakan bagian yang menghubungkan bunga dengan batangnya.
  • Benang Sari. Benang sari adalah Alat Kelamin Jantan bagi tumbuhan. Benang sari sendiri terdiri dari Tangkai Sari dan Kepala SAri, dan di dalam kepala sari inilah terdapat butir-butir serbuk sari.
  • Putik. Putik adalah Alat Kelamin Betina pada tumbuhan. Putik terdiri dari tangkai Putik, Kepala Putik dan bakal Buah, dan di dalam bakal buah terdapat Bakal Biji. Di dalam bakal biji tersebut, masih terdapat dua inti yaitu calon Lembaga dan Sel Telur.
Baiklah, saya kembali pada ulasan sebelumnya tentang Bunga Lengkap dan Tak Lengkap serta Bunga Sempurna dan Tak Sempurna.

Bunga Lengkap adalah bunga yang memiliki seluruh bagian-bagian bunga. Bunga Tidak lengkap adalah bunga yang tidak memiliki salah satu bagian bunga seperti yang dijelaskan di atas.

Bunga Sempurna adalah bunga yang memiliki Putik dan Benang Sari. Sedangkan Bunga Tidak Sempurna adalah bunga yang hanya memiliki satu alat perkembangbiakan saja. Misalnya bunga yang hanya memiliki Benang sari saja dan dinamakan Bunga Jantan, serta bunga yang hanya memiliki Putik saja dan disebut dengan bunga Betina.

===> Proses Penyerbukan atau Pembuahan

Dalam proses perkembangbiakan generatif pada tanaman dikenal dengan Penyerbukan. Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari pada Kepala Putik. Berdasarkan asal serbuk sarinya, penyerbukan dapat dibedakan menjadi:

  • Penyerbukan Sendiri. Penyerbukan Sendiri adalah penyerbukan yang terjadi apabila Benang Sari yang jatuh pada Kepala Putik berasal dari bungan itu sendiri dan tentu saja yang dapat melakukannya adalah Bunga Lengkap yang memiliki Putik dan Benang Sari Sekaligus.
  • Penyerbukan Tetangga. Penyerbukan Tetangga adalah penyerbukan yang terjadi jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga lain tetapi masih pada satu pohon.
  • Penyerbukan Silang. Penyerbukan Silang adalah penyerbukan yang terjadi apabila serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga lain yang sejenis tetapi berbeda pohonnya.
  • Penyerbukan Bastar. Penyerbukan Bastar adalah Penyerbukan yang terjadi apabila serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga lain yang tidak sejenis.
 Kalau di atas adalah jenis-jenis penyerbukan yang terjadi berdasarkan asal muasal serbuk sari yang jatuh di kepala putik, maka berikut ini adalah Jenis-Jenis penyerbukan berdasarkan faktor yang  menyebabkan sampainya serbuk sari ke kepala putik, yaitu:

  • Penyerbukan oleh angin. Bunga yang penyerbukannya dibantu oleh angin memiliki ciri-ciri antara lain memiliki serbuk sari yang banyak, kecil, kerig dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh angin. Pada dasrnya bunganya kecil atau mahkotanya kecil dan bahkan ada yang tidak memiliki mahkota. Contohnya adalah bunga pada tumbuhan rerumputan.
  • Penyerbukan oleh hewan. Bunga yang penyerbukannya dibantu oleh hewan memiliki ciri-ciri antara lain memiliki mahkota bunga yang besar, menarik, memiliki warna mahkota yang mencolok, mengeluarkan bau yang khas serta menghasilkan nektar yang semuanya dapat menarik binatang untuk menghampirinya. Bunga jenis ini umumnya memiliki serbuk sari yang menggumpal dan lengket sehingga mudah menempel pada hewan (terutama pada kaki-kaki serangga). Contoh hewan yang biasanya membantu penyerbukan adalah Kupu-kupu, lebah madu, kelelawar dll.
  • Penyerbukan oleh air. Penyerbukan yang dibantu oleh air biasanya terjadi pada tumbuhan-tumbuhan air. Hal ini terjadi karena air hujan yang turun dapat mengenai serbuk sari. Air yang telah mengandung serbuk sari tersebut kemudian jatuh pada kepala putik sehingga terjadilah penyerbukan.
  • Penyerbukan oleh manusia. Tumbuhan yang proses penyerbukannya dibantu oleh manusia adalah tumbuh-tumbuhan yang umumnya berguna bagi kehidupan manusia sehingga manusia sering melakukan kotak dengan tumbuhan berbunga tersebut. Contohya adalah Vanili dan bunga anggrek.
2. Perkembangbiakan Tumbuhan Secara Vegetatif (Tidak Kawin)

Perkembangbiakan vegetatif pada tumbuhan dibagi menjadi dua kelompok yaitu Perkembangbiakan secara vegetatif alami dan vegetatif buatan.

===> Perkembangbiakan secara Vegetatif Alami

  • Spora. Spora memiliki inti sel yang berubah fungdi menjadi alat perkembangbiakan. Spora berbentuk seperti biji yang sangat kecil sehingga sulit terlihat oleh mata telanjang. Spora hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat yaitu mikroskop. Contoh tumbuhan spora adalah Lumut dan tumbuhan paku.
  • Umbi akar. Umbi akar adalah akar yang menggembung karena menyimpan makanan. Umbi ini kemudian dapat mengeluarkan tunas sebagai individu yang baru. Contohnya adalah wortel, bunga dahlia dll.
  • Umbi Batang. Yg dimaksud dengan Umbi batang adalah bagian batang yang menggembung karena berisi cadangan makanan yang berbentuk zat tepung. Contohnya adalah kentang, ubi jalar, dll.
  • Umbi lapis. Umbi lapis memiliki struktur berlapis-lapis dan tunas dibagian tengahnya. contohnya adalah bawang-bawangan dan bunga tulip.
  • Akar tinggal atau Rhizoma. Rhizoma adalah batang yang tumbuh dan menjalar didalam tanah serta bentuknya bercabang-cabang. Contohnya adlah Kunyit, jahe, Bangle, lengkuas dan tebuh.
  • Geragih atau stolon. Geragih adalah batang beruas-ruas yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah, dan dari ruas-ruas tersebut bisa menumbuhkan tunas baru sebagai individu baru. Contohnya adalah tanaman pegagan, strawberry, semanggi dan lain-lain.
  • Tunas. Tunas berasal dari tumbuhan induk dan dan dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru dengan cepat. Contohnya pisang, tebuh, pohon pinang dan bambu.
  • Tunas Aventif. Tunas aventif adalah tunas yang tumbuh dari ujung-ujung daun contohnya cocor bebek.
====> Perkembangbiakan secara Vegetatif Buatan

Perkembangbiakan vegetatif buatan ditandai dengan adanya campur tangan manusia dalam proses perkembangbiakannya. ia memiliki beberapa keunggulan diantaranya tanaman baru yang dihasilkan cepat berbuah atau memberikan hasil serta sifatnya sama atau bahkan lebih bagus dari tanaman indukannya. Berikut ini beberapa cara perkembangbiakan vegetatif buatan:

  • Mencangkok. Mencangkok adalah proses menumnbuhkan akar dari batang tanaman yang berada di atas tanah agar dapat ditanam menjadi tanaman baru. Proses inilah yang paling sering dilakukan khususnya untuk tanaman buah sehingga proses pembuahan bisa terjadi dengan cepat dan hasilnya banyak dan besar. Proses mencangkok hanya dapat dilakukan pada jenis tumbuhan yang berkambium atau tumbuhan dikotil. COntohnya adalah rambutan, mangga, jeruk, jambu dan sejenisnya.
  • Menempel atau Okulasi. Okulasi adalah proses menempelkan tunas dari suatu tanaman ke tanaman lain. Contohnya adalah okulasi pada tanaman durian dan jeruk.
  • Menyambung atau Kopulasi atau Enten. Proses Enten dilakukan dengan cara menyambung batang bawah suatu tanaman ke batang atas tanaman lain sehingga diperoleh tanaman baru. Tanaman yang biasa disambung adlah jenis tanaman yang masih dalam rumpun keluarga. MIsalnya durian yang lama tumbuh dibandingkan dengan Lai. Maka supaya cepat tumbuh dan berbuah, tunas durian disambungkan dengan pokok lai.
  • Menyetek atau Stek. Menyetek adalah proses menanam sebagian potongan atau bagian tubuh dari tanaman tersebut baik berupa cabang ataupun batang. Bagian tanaman yang distek harus memiliki ruas atau mata tunas sehingga dapat tumbuh tanaman baru. Contohnya adalah tebu, singkong dan bunga mawar.
  • Merunduk. Merunduk adalah proses membengkokkan bagian tanaman berupa dahan atau ranting ke dalam tanah lalu ditimbun. Bagian yang ditimbun ini natinya akan mengeluarkan akar, dan setelah akar dirasa cukup banyak, dahan atau ranting tersebut dapat dipotong dan dipindahkan sebagai tanaman baru. Contohnya adalah tanaman selada, anyelir, amanda dll.

Kamis, 15 November 2012

Paribahasan tembung saloka

Paribasan yaiku unen-unen kang wis gumathok racikane lan mawa teges tartemtu. Dhapukaning paribasan awujud ukara utawa kumpulaning tembung (frase), lan kalebu basa pinathok. Racikaning tembung ora owah, surasa utawa tegese uga gumathok, lumrahe ateges entar. Tegese tembung lumereg, gumantung surasa lan karep kang kinandhut ing unen-unen. Paribasan ngemu teges: tetandhingan, pepindhan, utawa pepiridan (saemper pasemon). Kang disemoni manungsa, ulah kridhaning manungsa, utawa sesambunganing manungsa lan alam uripe.


Paribasan ana kang sinebut bebasan lan saloka. Diarani bebasan Manawa lereging teges nggepok sesipatan utawa kaanan kang sambung rapet karo ulah kridhaning manungsa. Diarani saloka menawa lereging teges magepokan karo sing disemoni, disanepani, utawa dipindhakake.Anak-anakan timun = wong kang ngepek bojo anake pupon
Andaka atawan wisaya = wong kang kena prakara banjur minggat amarga duwe pangira bakal kalah prakarane

  1. Andaka ina tan wrin upaya = wong kang didakwa nyolong nanging ora ngaku, wasana kajibah nggoleki barang kang ilang
  2. Awak pendhek budi ciblek = wong cilik tur asor bebudene
  3. Abag-abang lambe = guneme mung lamis
  4. Adol lenga kari busik = dum dum barang, nanging sing andum ora oleh bagean
  5. Akadang saksi = wong prakaran akeh sadulure kang dadi seksine
  6. Ana bapang sumimpang = nyingkiri sakehing bebaya
  7. Anirna patra = ngungkiri tulisane dhewe
  8. Angin silem ing warih = tumindak ala kanthi sesidheman
  9. Angon kosok = ngreti ulah kridhaning wong liya lan bisa empan papan tumindake
  10. Asor kilang munggwing gelas = gunem manis tur marak ati lan bisa mranani sing krungu
  11. Adhang-adhang tetese embung = nJagakake barang mung sakoleh-olehe
  12. Aji godhong garing = wis ora ana ajine (asor banget)
  13. Ana adulate ora ana begjane = arep nemu kabegjan, ning ora sida
  14. Ana gula ana semut = panggonan sing akeh rejekine, mesti akeh sing nekani.
  15. Anggenthong umos = wong kang ora bisa nyimpen wewadi.
  16. Angon mangsa = golek wektu kang prayoga kanggo tumindak.
  17. Angon ulat ngumbar tangan = ngulatake kaanan, yen limpe banjur dicolong
  18. Arep jamure emoh watange = gelem kepenake ora gelem rekasane
  19. Asu belang kalung wang = wong asor nanging sugih
  20. Asu gedhe menang kerahe = wong kang dhuwur pangkate mesthi wae luwih dhuwur panguwasane
  21. Asu munggah ing papahan = wong ngrabeni tilas bojone sadulur tuwa
  22. Ati bengkong oleh oncong = wong duwe niyat ala oleh dalan
  23. Ana catur mungkur = ora seneng nyampuri urusaning liyan
  24. Anak molah bapa kepradhah = wong tuwa melu repot amarga tumindake anake
  25. Arep nengkane emoh pulute = gelem kepenak emoh nglakoni rekasane
  26. Adigang, adigung, adiguna = seneng ngendelake kekuwatane, panguwasae, lan kepinterane
  27. Ancik-ancik pucuking eri = tansah was sumelang
  28. Asu marani gebug = njarag bebaya
  29. Asu rebutan balung = rebutan utawa padudon sing ora mumpangati
  30. Baladewa ilang gapite = wong gagah kang ilang kakuwatane, kaluhurane (ora duwe panguwasa)
  31. Banyu pinerang ora bakal pedhot = pasulayane sedulur ora bakal medhotake pasedulurane
  32. Bapa kesolah anak molah = yen wong tuwa oleh prakara, anak uga melu ngrasakae lan melu tanggung jawab
  33. mBarung sinang = nyela-nyela wong guneman
  34. mBalithuk kukum = mbudidaya ucul saka ing kukum utawa angger-angger
  35. mBaguguk ngutha waton = mbangkang marang pamarentah
  36. mBondhan tanpa ratu = mbangkang marang nagara
  37. mBuru kidang lumayu = nguyak samubarang kang durung karuwan wekase
  38. mBuwang rase nemu kuwuk = nyingkiri piala, nanging malah nemu piala kang luwih saka ala
  39. mBuwang tilas = rewa-rewa ora mentas tumindak pagawe ala
  40. Bathang lelaku = lunga ijen ngambah panggonan kang mbebayani
  41. Beras wutah arang bali menyang takere = barang kang wis owah ora bakal bali kaya maune
  42. mBidhung api rowang = ethok-ethok nulung nanging sejatine arep ngrusuhi
  43. Blilu tau pinter durung nglakoni = wong bodho nanging sering nglakoni iku luwih pinter tinimbang wong pinter nanging durung tau nglakoni
  44. Balung tinumpuk = anak loro dimantu tunggal dina
  45. Bathang lelaku = wong lungan ijen liwat dalan kang gawat, ngemu baya pati
  46. Bathang ucap-ucap = wong loro lungan liwat dalan kang gawat, ngemu baya pati
  47. Bubuk oleh leng = wong duwe niyat ala oleh dalan
  48. Bung pring petung = bocah kang longgor (gelis gedhe)
  49. Buntel kadut, ora kinang ora udut = wong nyambut gawe borongan, ora oleh opah dhuwit, mangan, lan udut
  50. Busuk ketekuk, pinter keblinger = sing bodho lan sing pinter padha nemu cilaka
  51. Becik ketitik ala ketara = sing becik bakal tinemu, sing ala bakale ketara
  52. Belo melu seton = bisane mung melu-melu, ora ngerti sing dikarepake
  53. Mburu uceng kelangan deleg = nguyak barang sepele kelangan barang sing aji
  54. Bathok bolu isi madu = dianggep wong lumrah nanging sugih kepinteran, utawa wong ala rupane nanging manis bebudene
  55. Bebek diwuruki nglangi = wong pinter diwulang mesthi gelis bisa
  56. Bebek mungsuh mliwis = wong loro padha dene pintere mungsuhan, nanging sing siji luwih trengginas
  57. Bima akutha wesi = wong gedhe kang kukuh panguwasane
  58. Bramara mangun lingga = wong lanang gumagusan ing ngarepe wong wadon kang disiri
  59. Brekithi angkara madu = wong kacilakan marga barang kang banget dikaremi
  60. Byung-byung tawon kambu = wong ela-elu, senengane padha kumpul tanpa ana prelune
  61. Calak cangkol kendhali bol, cemethi tai = nyela-nyela gunem kang ora ana pedahe
  62. Carang canthel = ora diajak guneman nanging melu-melu ngrembug
  63. Car-cor kaya kurang janganan = ngomong ceplas-ceplos ora dipikir dhisik
  64. Cathok gawel = seneng cawe-cawe mesthi ora diajak guneman
  65. Cecak nguntal elo = gegayuhan sing ora jumbuh karo kahanane
  66. Cebol nggayuh lintang = wong duwe panggayuh kang mokal kecandhake
  67. Cebol nggayuh langit = wong duwe panjangka kang tanpa ana kawusanane
  68. Cecak nguntal cagak = gegayuhan kang ora imbang kekuwatane
  69. Cedhak celeng boloten = cedhak karo wong ala bakal katut ala
  70. Cengkir ketindhihan kiring = wong lanang didhisiki anggone rabi dening adhine
  71. Cikal apupus limar = wong oleh kabegjan kang luwih saka mesthine
  72. Cobolo mangan teki = wong bodho banget tur tumindak asor
  73. Cocak nguntal elo = wong tumandang gawe kang ora laras karo kaanane
  74. Cumbu laler = wong kang teka lunga pamanggone
  75. Ciri wanci lalai ginawa mati = pakulinan ala ora bisa diowahi yen durung nganti mati
  76. Cincing-cincing meksa klebus = karepe ngirid nanging malah entek akeh, karepe mung climen wekasan entek wragat akeh
  77. Criwis cawis = seneng maido nanging ya seneng menehi (muruki)
  78. Cuplak andheng-andheng, yen tan pernah panggonane = wong kang tansah sulaya karo rembuge wong akeh
  79. Crah gawe bubrah, rukun gawe santosa = pasulayan njalari ringkih, karukunan njalari kuwat.
  80. Cedhak kebo gupak = sesrawungan karo wong ala bisa melu-melu
  81. Dahwen ati open = nacad nanging mbenerake wong liya
  82. Digarokake dilukokake = dikongkon nyambut gawe abot
  83. Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan = senajan wong liya yen nemoni rekasa bakal dibelani
  84. Duka yayah sinipi, jaja bang mawinga-winga = wong kang nesu banget
  85. Dhandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dhandhang = bab ala dikandhakke becik, bab becik dikandhakkke ala
  86. Derman golek momongan = wong wis akeh kewajibane isih golek gawean kang ngimbuhi ribed
  87. Desa mawa cara negara mawa tata = saben panggonan duwe tata car dhewe-dhewe
  88. Dadia godhong moh nyuwek, dadia banyu moh nyawuk = wis emoh sapa aruh
  89. Dhalang kerubuhan panggung = wong tanpa bisa kumecap marga nemu wiring
  90. Dhandhang diunekake kuntul = wong ala dikira becik
  91. Dhandhang ngelak = wong kang ngajab patining liyan
  92. Dhadhap ketuwuhan cangkring = kumpulane wong becik kaworan wong ala atine
  93. Dhayung oleh kedhung = wong tumandang gawe kanthi kepenak jalaran cocog lan saranane
  94. Dhemit ora ndulit, setan ora doyan = ana ngendi papan tansah slamet
  95. Dibeciki mbalang tai = mbeciki wong liya oleh pinwales piala
  96. Dikempit kaya wade, dijuju kaya manuk = banget ditresnani
  97. Dolanan ula mandi = njarag tumindak gawe kang ngemu bebaya
  98. Dudu berase ditempurake = nyambungi guneman, nanging ora cundhuk karo sing dirembug
  99. Durung cundhuk, acandhak = ora ngerti perkarane melu urun gunem
  100. Dhadhakan anglayoni = mementahi rembug sing wis mateng
  101. Dudutan lan anculan = wong loro padha kethikan: sing siji ethok-ethok ora ngerti
  102. Durung ilang pupuk lempuyange = dianggep isih kaya bocah cilik
  103. Durung pecus keselak betus = durung sembada wis duwe kekarepan neka-neka
  104. Duk sandhing geni = wong lanang jejer turu karo wong wadon dudu bojone
  105. Diwenehi ati ngrogoh rempela = diwenehi sithik isih kurang panarima
  106. Dipalangana mlumpat, ditalenana medhot = arepa dikaya ngapa yen wis takdhire bisa kalakon
  107. Dom sumuruping banyu = telik sandi (mata-mata), laku sesidheman kanggo meruhi wewadi
  108. Eman-eman ora keduman = karepe eman malah awake dhewe ora keduman
  109. Embuh nila embuh etom = wong kang nyaruwe alaning liyan, nanging dheweke ugamelu nglakoni
  110. Embat-embat celarat = wong nyambut gawe kanthi ngati-ati banget
  111. Emprit abuntut bedhug = wong kang nggedhekake perkara sing maune sepele
  112. Enggon welut diedoli udhet = wong pinter dipameri kepinteran sing ora sepiraa
  113. Endhas gundhul dikepeti = wong sing wis kepenak uripe oleh kamukten
  114. Esuk dhele, sore tempe = ora antep, atine molah-malih
  115. Emban cindhe, emban siladan = tumindak ora adil
  116. Entek amek, kurang golek = diuneni akeh-akeh
  117. Entek jarake = wis entek kasugihane
  118. Gajah alingan teki = wong gedhe sendhen prekarane wong cilik
  119. Gajah marani wantilan = wong kang njarag nemoni bebaya
  120. ngGajah elar = wong kang sarwa kasembadan kekarepane
  121. Gajah ngidak rapah = wong gedhe (agung) nrajang wewalere dhewe
  122. Gajah perang karo gajah, kancil mati ing tengah = wong gedhe padha pasulayanwong cilik sing dadi korban
  123. Galuga sinalusur sari = wong becik rupane, utama bebudene
  124. Gambret singgang mrakatak ora ana sing ngeneni = wong wadon kenes ora ana wong lanang sing nakokake
  125. Gagak nganggo laring merak = wong cilik tumindak kaya-kaya wong gedhe
  126. Garang garing = wong semugih nanging sejatine kekurangan
  127. Gayuk-gayuk tuna, nggayuh-nggayuh luput = samubarang kang dikarepake ora bis keturutan
  128. Gliyak-gliyak tumindak, sareh pikoleh = senajan alon-alon anggone tumindak nanging bisa kelakon
  129. Golek banyu bening = meguru golek kawruh sing becik
  130. Nggutuk lor kena kidul = ngarani/ndakwa sing ora bener
  131. Nggenthong umos = wong kang ora bisa nyimpen wewadi
  132. Gawe luwangan, ngurugi luwangan = utang kana, nyaur kene
  133. nGGayuh tawang = tumandang gawe kang tanpa pituwas
  134. Gecul ngumpul bandhol ngrompol = wong ala padha saiyeg tumindak ala
  135. Gedhang apupus cindhe = wong duwe kamelikan kang ora salumrahe
  136. Geguyon dadi tangisan = gegojegan, wasana gawe susah
  137. Gemblung jinurung, edan kawarisa = tumindak nekad, nanging malah nemu kabegjan
  138. Gendhon rukon = tumindak bebarengan amrih padha kepenake
  139. Geni guntur nila bena = dhawuhing nagara kudu linakonan
  140. nGgenteni watang putung = nglungsur kalungguhane wong kang wis mati
  141. nGgepuk kemiri kopong = tumindak gawe kang tanpa kasil
  142. nGgered ori saka pucuk = tumandang tanpa petung, wasana gawe rekasa awake dhewe
  143. Giri lusi janma tan kena ingina = wong katone bodho jebul sugih kawruh
  144. Golek-golek ketanggor wong luru-luru = arep tumindak ala, wasana kepergok wong kang uga tumindak ala
  145. Gondhelan poncoting tapih = nggantungake urpe marang bojo
  146. Gotong mayit = lungan mung wong telu ngliwati papan sing mbebayani
  147. Greget-greget suruh = nggregetake ati nanging ngemu rasa seneng
  148. ngGugat kayu aking = mrakarakake wong kang wis mati
  149. Gumembrang ora adang = kelangan barang tanpa ana sing weruh
  150. Gumendheng ora nggoreng = kelangan barang tanpa ana sing weruh
  151. ngGutuk api lamur = mitenah wong liya kanthi ethok-ethok ora ngerti wong sing dipitenah
  152. Gupak pulute ora melu mangan nangkane = melu rekasa nanging ora melu ngrasakake kepenake
  153. Glugu ketlusuban ruyung = kumpulane wong becik kecampuran wong ala bebudene
  154. Glundhung semprong = wong wadon omah-omah ora nggawa bandha mapan ing omahe sing lanang
  155. Gong lumaku tinabuh = wong geleme omong mung yen ditakoni
  156. Idu geni = sakuni-unine kelakon
  157. Idu didilat maneh = njabel rembug sing wis kawetu
  158. Iwak kecemplung wuwu = kena diapusi kanthi gampang
  159. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani = yen ana ngarep nyontoni, ana tengah menehi greget (karep), ana mburi menehi daya
  160. Jer basuki mawa beya = sakabehing gegayuhan mbutuhake wragad (pengorbanan)
  161. nJabung alus = ngapusi kanthi tembung manis
  162. nJaring langit = tumindak gawe kang tanpa asil
  163. nJaring angin = tumindak gawe kang tanpa asil
  164. Jinjang api goyang = ora nggugu kandhaning liyan nanging malah gawe kapitunan
  165. Jalma tan kena kinira = manungsa iku ora kena diremehake
  166. Jati ketlusuban ruyung = kumpulane wong becik kelebon wong ala
  167. Njagakake endhoge si blorok = ngarep-arep barang sing durung mesthi
  168. Njajah desa milangkori = wis tekan ngendi-endi
  169. Jalma angkara mati murka = nemoni cilaka jalaran angkara murkane
  170. Jamur tuwuh ing sela = wong kang uripe memelas
  171. nJalukan ora wewehan = seneng njaluk ora gelem menehi
  172. Jaran kerubuhan empyak = wong kang wis kanji (kapok, wedi) banget marga lelakon sing wis tau gawe wedi
  173. Jarit luwas ing sampiran = wong duwe kepinteran nanging ora ana sing nganggo utawa ngangsu kapinterane, lawas-lawas wong iku tanpa guna
  174. nJujul muwul = prakara kang nambah-nambahi rekasa, utawa wis sarwa akeh lan torah (kecukupan) isih oleh wuwuh (tambahan) maneh
  175. nJunjung ngantebake = ngalembana nanging duwe niyat ngasorake
  176. Kaduk wani kurang deduga = watak wong enom sing grusa-grusu kurang petung
  177. Kalah cacak menang cacak = samubarang pagawean luwih becik dicoba dhisik bisa lan orane
  178. Karna binandhung = kabar kang lumembar sarana gethok tular
  179. Kebak sundukane = wis akeh anggone gawe piala
  180. Kebak sundukane = kakehan dosa, akeh sing disulayani
  181. Kebanjiran segara madu = nemu kabegjan kang gedhe banget
  182. Kebat kliwat, gancang pincang = tumindak kang kesusu mesthi ora kebeneran
  183. Kebo bule mati setra = wong pinter ning ora ana sing merlokake
  184. Kebo ilang tombok kandhang = wis kelangan ngetokake wragat maneh kanggo nggoleki malah ora ketemu
  185. Kebo lumumpat ing palang = wong gedhe nggagahi prakarane sadulur utawa kaluwargane dhewe
  186. Kebo kabotan sungu = wong ngrekasa uripe marga kabotan butuh, kakehan anak
  187. Kebo lumaku dipasangi = wong kang gelem tumandang gawe yen dituntun (diwarahi)
  188. Kebo nusu gudel = wong tuwa njaluk wuruk marang wong enom
  189. Kebo mulih nyang kandhange = wong sing wis suwe lelana bali nyang asale
  190. Kebo mutung ing pasangan = wong ninggal pagaweane sing durung sida ditandangi
  191. Kecing-kecing diraupi = tumindak gawe kanthi wani njejaluk tanpa ngrasa isin
  192. Keduwung nguntal wedhung = wis kebanjur tumindak, arep mundur wis lumaku, arep maju wis rekasa
  193. Kepaten obor = kelangan aluran pasedulurane
  194. Keri tan pinecut = gelem tumindak gawe tanpa diprentah
  195. Kulak warta adol prungon = oleh kabar banjur ditularake marang liyan
  196. Kumrisik tan kanginan = rumangsa tanpa disaruwe
  197. Kuping budheg dikoroki = ora ngreti kathik dikandhani, wasana kepengin ngreti prekarane
  198. Kakehan gludhug kurang udan = akeh sing diomongake ananging ora nyata
  199. Kaya banyu karo lenga = paseduluran kang ora bisa rukun
  200. Kadang konang = wong kang diaku sedulur yen wonge sugih (duwe pangkat)
  201. Kacang atinggal lanjaran = anak kang ora memper bebudene wong tuwane
  202. Kacang mangsaa ninggal lanjaran = anak iku lumrahe bebudene memper wong tuwane
  203. Kandhang langit, bantal ombak, kemul mega = ora duwe papan (omah)
  204. Katepang ngrangsang gunung = wong asor pengin nggayuh pangkat luhur
  205. Katon cempaka sewakul = wong kang manjila dhewe, beda klawan pepadhane
  206. Kajugrukan gunung menyan = oleh kabegjan gedhe banget
  207. Kawuk ora weruh slira = wong cilik ambeke kaya wong gedhe
  208. Kebanjiran segara madu = nemu kebegjan (rejeki) sing gedhe
  209. Kegedhen empyak kurang cagak = wong kang duwe panjangka ning ora sembada
  210. Kekudhung walulang macan = ngapusi nganggo jenenge wong kang diwedeni
  211. Kelacak kepathak = ora bisa mungkir jalaran wis kebukti
  212. Kemladhean ngajak sempal = wong mondhok gawe rusak sing dipondhoki
  213. Kendhit miming kadang dewa = wong kang ora pasrah ing paeka
  214. Keplok ora tombok = melu seneng ananging ora melu wragad, utawa wong kang senengane maido ning ora gelem melu cawe-cawe
  215. Kerot ora duwe untu = duwe kekarepan ananging ora sembada
  216. Kena iwake aja nganti butheg banyune = ngrampungi prakara kanthi ngati-ngati
  217. Kejugrukan gunung madu = nemu kanugrahan
  218. Kethek saranggon = grombolane wong ala
  219. Kencana katon wingka = arepa becik disawang ora becik
  220. Kendel ngringkel, dhadhag ora godhak = ngakune kendel tur pinter jebule jirih tur bodho
  221. Kenes ora ethes = wong sing sugih nanging ora disenengi
  222. Kriwikan dadi grojogan = prakara sepele dadi prakara gedhe
  223. Kere munggah bale = wong asor diprecaya dadi panguwasa (wong pangkat)
  224. Kere nemoni malem = wong miskin kinembong ing pangan
  225. Kere menangi Mulud = wong miskin kinembong ing pangan
  226. Kerot ora duwe untu = duwe kekarepan ning ora duwe wragad
  227. Kerubuhan gunung = wong nemoni kesusahan sing gedhe banget
  228. Kesandhung ing rata kebentus ing tawang = oleh cilaka sing ora dinyana-nyana
  229. Ketula-tula ketali = wong kang tansah nandhang sengsara
  230. Kethek saranggon = kumpulane wong kang tindake ala
  231. Kinjeng tanpa soca = wong tandang gawe ora ngerti ancas tujuwane
  232. Kaleyang kabur kanginan, ora sanak ora kadang = wong sing ora duwe panggonan utawa omah tetep
  233. Klenthing wadhah masin = wong ala sanajan tumindak becik, tabet-tabete wong ala isih ketara (angel ninggalake pakulinane tumindak ala
  234. Kodhok nguntal gajah = wong duwe trekah sing mokal kalakone
  235. Kongsi jambul uwanen = nganti tumekan tuwa banget
  236. Kriwikan dadi grojogan = prakara kang maune cilik dadi gedhe
  237. Krokot ing galeng = wong kang mlarat banget
  238. Kucing-kucing diraupi = wong duwe gawe kanthi nekad, sanajan direwangi wiring isin
  239. Kudhi pacul singa landhepa =wong adu kapinteran, sing pinter sing bakal nemu kabegjan
  240. Kudhung walulang macan = wong golek utangan nganggo sendhen asmane wong gedhe utawa wong kuwasa
  241. Kumenthus ora becus = seneng umuk nanging ora mrantasi karya (sembada)
  242. Kuntul diunekake dhandhang = wong becik dianggep wong ala
  243. Kurung munggah lumbung = wong rena dipek bojo sing duwe omah
  244. Kutuk nggendhong kemiri = wong kang nganggo kang sarwa aji (apik) liwat dalan kang mbebayani
  245. Kutuk marani sunduk, ula marani gebuk = wong kang njarag (marani) bebaya
  246. Kuncung nganti tumekan gelung = suwe banget anggone ngenteni
  247. Ladak kecangklak = wong kang angkuh nemoni pakewuh marga tumindake dhewe
  248. Lahang karoban manis = wong kang rupane bagus-ayu tur luhur bebudene
  249. Lanang kemangi = wong lanang kang jirih
  250. Lawas-lawas kawongan godhong = wis lawas pangabdine, nanging ora banjur dibuwang, tanpa oleh pangkat
  251. Lebak ilining banyu = wong asor kanggo tiban-tiban yen ana prakara
  252. Ledhang-ledhang nemu pedhang = nemu kabegjan tanpa kanyana-nyana
  253. Legan golek momongan = wong kang wis kepenak malah njarag golek gawean (rekasa)
  254. Lambe satumang kari semerang = menehi pitutur nganti kesel, ora digubris
  255. Lumpuh ngideri jagad = duwe gegayuhan sing mokal kelakon
  256. Lungguh klasa gumelar = ora melu rekasa nanging nemu kepenak
  257. Macan guguh = wong gedhe (kuwasa) wis ora kajen keringan
  258. Madu balung tanpa isi = rebutan samubarang kang tanpa guna
  259. Malang-malang tanggung = ngewuhake, arep ditinggal nggrundel, yen dilokake ora mrantasi gawe
  260. Mancak wadhah tulupan = wis suwe nyambut gawe nanging tanpa duwe celengan
  261. Mecel manuk miber = sarwa kasembadan, sabarang tindake mawa kasil
  262. Mendhak alingan, wekasan katon = tumindak nylamur, nanging wekasan ngaku, jalaran konangan wong akeh
  263. Maju tatu mundur ajur = prakara kang sarwa ndadekake pakewuh, utawa mbudi daya kepiye wae nanging ora kasil
  264. Matang tuna numbak luput = tansah luput kabeh panggayuhane
  265. Mbuwang tilas = ethok-ethok ora ngerti marang tumindake kang ala kang dilakoni
  266. Meneng widara uleren = katone anteng nanging sejatine ala atine
  267. Menthung koja kena sembagine = rumangsane ngapusi, nanging sejatine malah kena apus
  268. Merangi tatal = mentahi rembug kang wis mateng
  269. Micakake wong melek = ora nganggep wong sing meruhi dhewe
  270. Midak sikil, njawil mungkur = kethikan ora ngetarani
  271. Midak tembelek ora penyek = ora duwe kekuwatan kanggo tandang gawe
  272. Mirong kampuh jingga = mbalela marang nagara
  273. Mrojol ing akerep = nyebal saka kalumrahaning wong akeh
  274. Milih-milih tebu boleng = kakehan milih, wekasan oleh kang ora becik
  275. Mikul dhuwur mendhem jero = bisa njunjung drajade wong tuwa
  276. Mubra-mubru mblabar madu = wong kang sarwa kecukupan
  277. Meneng kitiran = ora bisa anteng
  278. Mbrojol saselaning garu = ora ana sing madhani kepinterane, utawa wong kang luput saka bebaya
  279. Nabok nyilih tangan = tumindak ala kanthi kongkonan wong liya
  280. Naga mangsa tanpa cala = wong kang mrana-mrana ngrasani alaning liyan
  281. Ngagar metu kawul = ngojok-ojoki supaya dadi pasulayan, nanging sing diojok-ojoki ora mempan
  282. Ngajari bebek nglangi = panggawean sing ora ana paedahe
  283. Ngalasake Negara = wong sing ora manut pranatane Negara
  284. Ngalem legining gula = ngalembana kapinterane wong kang pancen pinter (sugih)
  285. Ngaturake kidang lumayu = ngaturake barang kang wis ora ana
  286. Nagara mawa tata, desa mawa cara = saben papan duwe adapt lan aturan dhewe-dhewe
  287. Nampel puluk = mitenah kabegjane wong liya
  288. Nandur wiji keli = ngopeni turune wong kasrakat
  289. Nasabi dhengkul = nutup-nutupi kekurangane sadulur supaya oleh kauntungan
  290. Natas tali gumantung = putusan kang ora ana kawusanane
  291. Nebak wong mangan = gawe rugine wong kang oleh kamukten
  292. Nemu kuwuk = wong njaluk tulung marang liyan ora nganggo mara ing omahe
  293. Ninggal bocah ing waton = nyumelangake samubarang sing wis kelakon
  294. Nitipake daging serep = titip anak wadon marang besan
  295. Nucuk ngiberake = wis disuguh mulihe isih mbrekat suguhan
  296. Nulung menthung = karepe aweh welas, nanging malah gawe rekasane
  297. Nuntumake balung pisah = bebesanan karo sedulur kang wis adoh alurane
  298. Nututi baling wis tiba = njabel wicara kang wis kawetu
  299. Nututi kidang lumayu = nguyak samubarang kang durung cetha lan durung mesthi olehe
  300. Ngadu singating andaka = gawe dukaning panggedhe
  301. Ngadhepi celeng boloten = cedhak-cedhak wong ala bebudene
  302. Nglungguhi klasa gumelar = nindakake pegawean kang wis tumata
  303. Ngotragake gunung = wong cilik-asor bisa ngalahake wong gedhe-luhur, nganti gawe kagete wong akeh
  304. Nguthik-uthik macan dhedhe = njarag wong kang wis lilih nepsune
  305. Nguyahi segara = weweh marang wong sugih kang ora ana pituwase
  306. Nyangoni kawula minggat = ndandani barang kang tansah rusak
  307. Nguthik-uthik macan turu = gawe nesu (golek gaweyan)
  308. Nyolong pethek = luput saka pangira
  309. Ngobak banyu bening = gawe rerusuh ing papan kang tentrem
  310. Nguyahi segara = nulung wong sing kecukupan
  311. Nandur pari jero = gawe ngamal kabecikan
  312. Nututi layangan pedhot = nggoleki barang sing angel ketemune
  313. Ngaji mumpung = ngatogake kekarepan mumpung ana wektu becik
  314. Ngalem legining gula = ngalem kepinterane wong winasis
  315. Ngandel tali gedebog = mrecaya barang kang ora mitayani
  316. Ngantuk nemu kethuk = enak-enak ora nyambut gawe nanging oleh kabegjan
  317. Ngangsu banyu ing kranjang = golek ngelmu nanging ora pinter marga ngelmune
  318. Ngaub ngawar-awar = golek pangayoman marang wongmiskin
  319. Nguwod gedebog = wong nemu kacilakan merga panggawene wong liya
  320. Nguyang lara nempur pati = njarag marang kacilakan
  321. Nguyuh aling-alingan sada = ngumpetake kekurangane, nanging ora murwat lan sranane
  322. Ngabuk wong meteng = milara wong kang tanpa daya
  323. Ngemping lara nggenjah pati = njarag marang kasangsaran
  324. Ngempukake watu item = nganggep remeh prakara abot
  325. Ngemut legining gula = ngrumat baranging liyan, bareng ngreti yen ana gunane banjur dipek dhewe, ora diwenehake sing duwe
  326. Ngenteni timbale watu item = ngarep-arep samubarang kang ora bakal teka
  327. Ngetutake poncoting tapih = melu sapari lungane bojo
  328. Nggepuk kemiri kopong = tumandang gawe kang tanpa pituwas
  329. Nglancipi singating andaka = natang wong kang kawasa
  330. Nglangi ing tengah mati ing pinggir = apa kang digarap tanpa karampungan
  331. Nglumahake, ngurepake = bebesanan anak loro lanang wadon padha nggawa lan padha olehe
  332. Ngarebake sikut = nenonton mung kanggo golek sukan-sukan
  333. Ngrampek-ngrampek kethek = nyanak marang wong ala
  334. Ngrangsang-ngrangsang tuna = samubrang kang ginayuh ora kena
  335. Ngrusak pager ayu = ndhemeni bojoning liyan
  336. Nrenggiling api mati = wong ethok-ethok ora ngrungu guneme liyan, nanging sabenere niling-nilingake
  337. Numpal keli = wong lelungan mung nunut kancane
  338. Nusup ngayam alas = wong lelungan kanthi mlebu metu padesan lan ngliwati omah-omahe wong akeh
  339. Nyambung watang putung = ngruunake sedulur kang cecongkrahan
  340. Nyawat mbalang wohe = duwe panpgangkah sarana pitulungane sedulur sing diangkah
  341. Nyeret pring saka pucuk = pagawean gampang malah dingel-ngel
  342. Nyundhang bathang bantheng = ngangkat priyayi turunane bangsa luhur kang wis ora duwe pangawasa
  343. Nyunggi lumpang kentheng = rabi ayu turune wong luhur
  344. Obor blarak = mung sawetara wae
  345. Obah owah = barang dadi becik mbutuhake wragad
  346. Obah mamah = yen gelem makarya, bakale akeh rejeki
  347. Obah ngarep kobet mburi = wani rekasa dhisik, mbesuke bakal kepenak
  348. Opor bebek, mentas dhewek = rampungae saka reka dayane dhewe
  349. Ora ana banyu mili mandhuwur = watak iku tumurun marang anak
  350. Ora ana kukus tanpa geni = ora ana akibta tanpa sebab
  351. Ora gonja ora unus = wis rupane ala, bebudene uga ala
  352. Ora jaman ora makam = ora genah asal kamulane
  353. Ora mambu enthong irus = ora ana sambung rapete bab aluran paseduluran
  354. Ora ngerti kenthang kimpule = ora weruh prakara sing dirembug
  355. Ora polo ora uteg = bodho banget
  356. Ora tembung ora lawung = njupuk barange liyan tanpa jawab
  357. Ora weruh alip bengkonge = ora ngreti aksara
  358. Othak-athik didudut angel = katone sarwa ganpang bareng ditemenani ora ana nyatane
  359. Ora kingan ora udut = ora mangan apa-apa
  360. Ora uwur ora sembur = ora gelem cawe-cawe (aweh pitulung)
  361. Palang mangan tandur = wong kang diwenehi kapercayan njaga nanging malah ngrusak
  362. Pandengan karo srengenge = memungsuhan karo panguwasane
  363. Pandhitane antake = laire katon suci batine ala
  364. Pecruk tunggu bara = wong kang dipasrahi tunggu barang kang dimelik (dadi kesenengane)
  365. Pupur sadurunge benjut = becik jaga-jaga utawa tumindak ngati-ati
  366. Pupur sawise benjut = ngati-ati sawise nemu bebaya
  367. Pinter keblinger busuk ketekuk = sarwa cilaka, tansah kena paeka
  368. Pitik trondhol diumbar ing padaringan = wong miskin dipracaya manggon ing papan kang mubra-mubru pangan
  369. Pupur sawise benjut = tumindak ngati-ati bareng wis ketaman
  370. Raga tanpa mule = rana-rene mung disawiyah, ora kajen
  371. Rupak jagade = ora duwe papan pasrawungan
  372. Rame ing gawe, sepi ing pamrih = gelem tandang gawe ora amarga golek opah
  373. Ramban-ramban tanggung = wong ngira alaning liyan, nanging isih ragu-ragu
  374. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung = sakehing pepalang bisa disingkirake
  375. Rampek-rampek kethek = wong kang nyedhak-nyedhak wong ala, ora wurung oleh piala saka wong iku
  376. Rebut balung tanpa isi = pasulayan marga barang kang sepele
  377. Regem-regem kemarung = wong kang ngrangkani wong liya kang sok nglarani (gawe cilaka)
  378. Renggang gula kumepyur pulut = wong kang raket banget anggone kekancan
  379. Rindhik asu digitik = dikongkon nindakake pegawean kang ora cocog karo kekarepane
  380. Rupa nggendhong rega = merga barange apik mula regane ya larang
  381. Rukun agawa santosa, crah agawe bubrah = yen padha rukun mesthi padha santosa, yen padha congkrah mesthi bakal rusak
  382. Rubuh-rubuh gedhang = wong kang ela-elu tumindake liyan (melu-melu)
  383. Sing salah seleh = sing salah bakal nampa akibate
  384. Sembur-sembur adas, siram-siram bayem = bisa kaleksanan marga pandongane wong akeh
  385. Sadumuk bathuk sanyari bumi = pasulayan dilabuhi toh pati
  386. Satru munggwing cangklakan = wong kang dadi mungsuh ing lingkungan sanak sedulur
  387. Satu munggwing rimbagan = wong loro kang anggone kekancan padha cocoge
  388. Suduk gunting tatu loro = nampa kesusahan (kasangsaran) bareng-bareng (ngiwa nengen)
  389. Sabar sareh mesthi bakal pikoleh = tumindak samubrang aja kesusu
  390. Sabaya pati sabaya mukti = kerukunan nganti tekaning pati
  391. Sadumuk bathuk senyari bumi = pasulayan nganti dilabuhi tekan pati
  392. Sandhing kirik gudhigen = wong kang srawung karo wong ala, ora wurung ketularan alane
  393. Sandhing kebo gupak = wong kang cedhak wong tumindak ala, bisa-bisa katut ala
  394. Sanggar waringin = wong kang dadi pangayomane wong akeh
  395. Sepi ing pamrih rame ing gawe = nindakake pagawean kanthi ora duwe kamelikan apa-apa
  396. Sluman-slumun slamet = sanajan kurang ngati-ati nanging isih diparingi slamet
  397. Sumur lumaku tinimba, gong lumaku tinabuh = wong kang geleme tumandang gawe yen diajak utawa dikancani wong sing wis pinter
  398. Sadawa-dawane lurung isih dawa gurung = kabar iku mesthi sumebar adoh, lan adoh karo kanyatane
  399. Sapikul sagendhongan = andum barang kanthi kukum kang murwat lan kaanane
  400. Sendhen kayu aking = prakaran gondhelan wong kang wis mati
  401. Singidan nemu macan = dhelikan marga tumindak ala nanging malah kawruhan panggedhene
  402. Si gedheg lan si anthuk = wong loro kang wis padha kangsen tumindak ala bebarengan
  403. Simbar tumrap sela = wong kang uripe ngrekasa, awit ora duwe sumber pangan sing gumathok
  404. Tebu tuwuh socane = wong sing alus lan mans tembunge nanging ala aten-atenane
  405. Tekek mati ulone = wong kang nemoni cilaka marga saka gunemane dhewe
  406. Tembang rawat-rawat, bakul sinambewara = kabar kang durung mesthi salah lan benere
  407. Tulung menthung = katone aweh pitulungan, nanging gawe susah
  408. Tega larane ora tega patine = arepa kaya ngapa sedulur iku perlu dibelani
  409. Tigan kaapit sela = wong kang ana ing sajroning bebaya, tansah was-sumelang atine
  410. Timun jinara = prakara gampang banget
  411. Timun wungkuk jaga imbuh = wong kang kanggo genep-genep (jaga-jaga yen kekurangan)
  412. Timun mungsuh duren = wong ringkih mungsuh wong kuwat
  413. Tuna satak bathi sanak = rugi petung (bandha) nanging tambah sedulur
  414. Tunggal banyu – tunggal guru
  415. Tinggal glanggang colong playu = ora wani tanggung jawab (keplayu ing peperangan)
  416. Tumbak cucukan = wong kang seneng pradul (adu-adu) marang liyan
  417. Tumbu oleh tutup = wong loro sing cocog aten-atenane
  418. Tumper cinawedan, wedang lelaku = wong kang angger duwe bojo, bojone mati (wong kang diseriki kanca-kancane)
  419. Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati = turune wong cilik bisa dadi wong gedhe, turune wong gedhe ora bisa oleh kalungguhan dhuwur, utawa prakara ala ngambra-ambra dene prakara becik kari sethithik
  420. Tunggak kalingan rone = tilas wong gedhe wis ora katon gedhene utawa luhur pangkate
  421. Tunggak kemadhuh = wong kang maune dadi mungsuh
  422. Tunjung tuwuh ing sela = wong kang maune dadi mungsuh
  423. Thenguk-thenguk nemu kethuk = nyambutgawe sakpenake nanging meksa nemu kabegjan
  424. Ucul saka kudangan = luput karo gegayuhane
  425. Ula marani gitik (gebug) = wong kang njarag marang bebaya
  426. Ulat madhep ati kareb = wis manteb banget kekarepane
  427. Ungak-ungak pager arang = duwe melik marang bojoning liyan
  428. Ulangan cumbon = angger lunga, ora suwe bali maneh
  429. Uyah kecemplung segara = menehi barang sethithik marang wong sugih banget
  430. Undhaking pawarta sudaning kiriman = kabar sing sumebar beda nyatane
  431. Udan tangis = akeh wong sing kesusahan amarga ketaman bencana
  432. Uwod gedebog = wong kang ora kena diprecaya kanggo lantaran rembug
  433. Wastra bedhah kayu pokah = wong nandhang tatu, babak kulite, putung balunge (wong ketula-tula uripe)
  434. Watra lungset ing sampiran = wong pinter ora diguroni wong liya nganti tuwa
  435. Wedi rai wani silit = wanine mung saka mburi, wedi yen adhep-adhepan
  436. Wedhus diumbar ing pakacangan = wong mlarat dipercaya njaga barang pakaremane
  437. Weruh ing grubyug, ora weruh ing rembug = melu-melu tumindak nanging ora ngerti kang dikarepake
  438. Wiwit kuncung nganti gelung = nuduhake wektu sing suwe banget (saka bocah nganti tuwa)
  439. Welsa tanpa alis = arep tetulung (melasi) wong liya nanging malah dadi bilaine
  440. Waras-wiris = sehat
  441. Wong wadon cowek gopel = drajating wong wadon kang ora pangaji
  442. Wis kebak sundukane = wis akeh banget kaluputane
  443. Yuwana mati lena = wong becik nemu cilaka jalaran ora ngati-ati
  444. Yitna yuwana, lena kena = sing ngati-ati bakal slamet, sing sembrana cilaka
  445. Yuyu rumpung mbarong ronge = wong kang nyantosani omahe, amarga wedi diganggu gawe wong liya kang ala pakartine
  446. Yiyidan munggwing rampadan = biyene wong durjana saiki dadi wong alim
  447. Yoga anyangga yogi = murid nirokake piwulange guru
  448.  
Sumber : www.naufalsebastian.wordpress.com